Motivation Letter

Pandu Satya Rizal



        Berbicara tentang menyayangi diri sendiri adalah suatu hal yang penting di masa seperti ini. Seseorang biasanya cenderung mengutamakan orang lain daripada diri sendiri. Hal ini dikarenakan seorang individu merasa sungkan atau tidak enak, bahkan ada pressure sendiri. Menyikapi hal ini, menyayangi diri sendiri sangat diperlukan. Saya pribadi, melakukan menyayangi diri sendiri dengan hal-hal yang dekat dengan diri saya. Dulu, saya mengenal tentang menyayangi diri sendiri setelah saya menderita anxiety disorder yang mana saya selalu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu saya khawatirkan. Sebelum terkena anxiety disorder saya selalu mengutamakan kepentingan orang. Lucunya, saya memegang prinsip “Bahagiakan orang lain, maka kamu akan bahagia nantinya”. Kalimat ini tidak benar sama sekali. Di dunia yang seperti ini, kebahagiaan adalah sesuatu yang susah untuk ditebak apakah itu kebahagiaan yang benar-benar bahagia atau sebatas kebahagiaan semu belaka. Membahagiakan orang lain memang suatu hal yang mulia, tetapi menyayangi diri sendiri lebih penting daripada hal itu. 

Menyayangi diri sendiri saya mulai dari berpikir rasional menghadapi segala sesuatu. Saya suka untuk berpikir yang negatif tentang sesuatu, dengan itu saya memerlukan sisi saya yang lain untuk membuat pikiran negatif ini menjadi positif. Biasanya manusia adalah seseorang yang sangat suka berprasangka. Selain berpikir rasional, saya juga menyayangi diri dengan cara menata jadwal dengan baik. Tidak perlu rumit, cukup saya atur di tiap malam sebelum tidur tentang susunan kegiatan yang akan saya lakukan pada esok hari atau pekan itu. Awalnya susah untuk mengalokasikan waktu pada tempatnya, tetapi apabila sudah terbiasa maka hal itu akan menjadi mudah. Tentunya diimbangi dengan disiplin waktu dan konsisten. Yang mana sampai sekarangpun, saya juga masih dalam tahap berproses dan beradaptasi. Terkadang ada yang kosong dan tidak konsisten, tetapi selalu saya usahakan. 

Tidak menunda-nunda pekerjaan adalah bentuk menyayangi diri sendiri, bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Dengan tidak menunda-nunda pekerjaan maka saya dapat lebih menikmati waktu luang yang saya panen dikemudian hari. Selain itu, saya juga dapat bersiap-siap apabila ada sesuatu yang mendadak. Memahami diri merupakan salah satu aspek penting dalam menyayangi diri sendiri. Dengan adanya memahami diri, seorang individu mengerti tentang kelemahan, kelebihan, yang bisa dianalisis dalam SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) diri. SWOT diri sendiri memudahkan untuk mengenali diri untuk mencegah rasa berekspetasi tinggi yang tidak relevan dengan kemampuan yang dimiliki. Bukannya pesimis, tetapi ketika berharap harus juga diimbangi dengan kemampuan yang relevan, sehingga hasilnya tidak akan pahit.  Ini berkaitan dengan memahami diri sendiri. Awalnya sangat sulit, manusia selalu dipenuhi dengan ekspetasi-ekspetasi tinggi (termasuk saya sendiri) yang mereka peroleh entah itu dari televisi, majalah atau hal lain sebagainya. Biasanya dalam bentuk cerita motivasi, atau biografi seseorang terdapat struggle yang mereka dapatkan dan buah kesuksesan yang dipanen di kemudian hari. Sayangnya, manusia selalu menganggap hal ini akan berlaku pada tiap manusia, padahal tidak. Banyak hal yang berbeda, seperti latar belakang, nasib atau yang disebut sebagai faktor X. Memahami cerita motivasi atau biografi cukup menyimpan nilai-nilainya saja, dan ini adalah bentuk saya memahami diri sendiri dalam rangka merelevansikan kemampuan yang saya miliki dipadukan dengan nilai-nilai motivasi yang saya peroleh.

Memahami kebiasaan juga termasuk menyayangi diri sendiri. Tiap individu tentu memiliki kebiasaan yang berbeda antar satu sama lain. Contohnya saya, saya lebih suka untuk bermain game dalam waktu luang saya. Saya jadikan bermain game sebagai bonus ketika saya selesai mengerjakan sesuatu. Ini adalah bentuk self-award dari saya yang telah mengerjakan beberapa tugas dengan konsisten. Dengan memahami kebiasaan ini, saya lebih menyayangi diri sendiri.




Comments